Kamis, 19 Januari 2017

Metodologi Penelitian ( Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metodologi penelitian merupakan mata kuliah yang menunjang dalam pembuatan karya ilmiah. Melihat hasil karya ilmiah yang hasilnya masih belum maksimal, perlu adanya suatu penelitian. Dalam membuat proposal penelitian membutuhkan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti, sehingga perlu untuk mengetahui masalah yang akan diteliti terlebih dahulu. Apabila masalah itu telah ada, kemudian dapat diidentifikasi, dibatasi, dan dirumuskan sehingga masalahnya dapat ditemukan suatu solusi yang baik.
Dalam merumuskan masalah perlu mengetahui masalah yang telah dibatasi dari beberapa identifikasi suatu masalah yang sudah diteliti sebelumnya, dari masalah itu maka kita akan menemukan solusi dan mudah dalam menyelesaikan rumusan masalah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah membuat latar belakang masalah dalam metodologi penelitian?
2.      Bagaimanakah mengidentifikasi masalah?
3.      Bagaimanakah cara menentukan pembatasan masalah?
4.      Bagaimanakah cara dalam merumuskan masalah?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana membuat latar belakang masalah.
2.      Untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi suatu masalah.
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara menentukan pembatasan masalah.
4.      Untuk mengetahui cara merumuskan suatu masalah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Latar belakang masalah adalah alasan-alasan yang melatar belakangi penelitian suatu masalah[1].Yang diungkapkan dalam latar belakang masalah adalah hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan. Latar belakang penelitian memiliki fungsi yaitu memberikan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan. Alasan atau latar belakang penelitian yang dituliskan, yaitu mengapa topik itu perlu diteliti, apa arti pentignya bagi perkembangan ilmu dan bagi kehidupan praktek sehari-hari. Masalah penelitian merupakan hasil pemikiran peneliti ketika menentukan masalah penelitian yang dilanjutkan dengan studi pendahuluan.
Didalam mengadakan studi pendahuluan mungkin ditemukan bahwa orang lain sudah berhasil memecahkan masalah yang peneliti ajukan sehingga tidak ada gunanya untuk menyelidiki. Mungkin juga peneliti mengetahui hal-hal yang relevan dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginannya untuk meneliti. Apabila ada orang lain yang menyelidiki masalah yang hampir sama atau belum terjawab persoalannya, calon peneliti dapat mengetahui metode apa yang digunakan, hasil-hasil apa yang telah dicapai, bagian mana dari penelitian itu yang belum terselesaikan, fakto-faktor apa yang mendukung, dan hambatan apa yang telah diambil untuk mengatasi hambatan penelitiannya.[2]

Selanjutnya oleh Dr. Winarno dikatakan bahwa setelah studi Eksploratoris ini penelitian menjadi jelas terhadap masalah yang dihadapi, dari aspek historis, hubungannya dengan ilmu yang lebih luas, situasi dewasa, dan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dan lain-lainnya. Dengan adanya studi pendahuluan, peneliti akan mengetahui[3]:
1.    Masalah pokok yang akan diteliti.
2.    Dimana atau kepada siapa informasi dapat diperoleh.
3.    Bagaimana cara memperoleh data atau informasi.
4.    Cara yang tepat untuk menganalisis  data.
5.    Bagaimana harus mengambil kesimpulan serta memanfaatkan hasil.

Untuk mengadakan studi pendahuluan ini dapat dilakukan pada tiga objek. Yang dimaksud dengan objek disini adalah apa yang harus dihubungi, dilihat, diteliti, atau dikunjungi yang kira-kira nya akan memberikan informasi tentang data yang akan dikumpulkan. Ketiga objek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person), atau tempat (place). Oelh karena itu dinyatakan dalam kata bahasa inggris, untuk lebih mudahnya mengingat, disingkat dengan tiga P[4], yaitu:
1.    Paper, dokumen, buku-buku, majalah atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya (findings). Studi ini juga disebut keperpustakaan atau literatur studi.
2.    Person: bertamu, bertanya, dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
3.    Place: tempat, lokasi, atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian
Latar belakang memuat tiga hal, yaitu deksripsi fenomena yang akan dikaji, urgensi serta kelayakan meneliti fenomena tersebut. Pada prinsipnya, ketiga hal tersebut harus ada dalam latar belakang. Memang, biasanya ketiganya dijelaskan secara urut, mulai dari deskripsi fenomena, urgensi, lalu kelayakan. Namun, sebenarnya tidak harus dengan urutan tersebut, yang penting adalah alur penulisan yang sistematis dan nyaman dibaca.[5]
1.    Fenomena yang akan diteliti
Sebuah penelitian dilakukan dalam rangka menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala atau fenomena yang belum terjelaskan, atau suatu fenomena yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Latar belakang menjelaskan fenomena tersebut. Dengan kata lain, peneliti harus mampu menjelaskan fenomena yang akan diteliti serta konteks yang melingkupinya, misalnya konteks sosial, budaya, ekonomi atau sejarah. Tentu saja, tidak semua konteks perlu dipaparkan, hanya konteks-konteks yang relevan dengan masalah penelitian saja yang dijelaskan.
2.    Urgensi meneliti fenomena tersebut
Penelitian hanya bisa dilakukan terhadap fenomena yang penting, dalam arti bagi masyarakat luas, tidak hanya penting secara personal bagi peneliti. Dalam bagian ini, peneliti harus mampu mengungkapkan mengapa fenomena tersebut penting untuk dikaji.
3.    Kelayakan meneliti fenomena tersebut
Setelah mengungkap urgensi penelitian, peneliti harus mampu menjelaskan bahwa untuk mengungkap fenomena yang akan dikaji memang membutuhkan langkah-langkah yang runtut, sistematis dan logis. Singkatnya, untuk menjelaskan fenomena tersebut secara meyakinkan harus dilakukan penelitian.
Kelemahan umum yang harus dihindari dalam penulisan latar belakang ini adalah penjelasan yang terlalu melebar dan tidak relevan dan penjelasan yang tidak sistematis atau seringkali berputar-putar dan banyak pengulangan yang tidak perlu.[6]

B.       IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah adalah upaya peneliti untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan pertanyaan yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variabel penelitian yang dipilih. Jumlah butir pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memliki relevansi dengan variabel penelitian tersebut.[7]
Dalam penelitian kita perlu mengidentifikasi masalah sesuai dengan topik penelitian untuk meyakinkan bahwa memang di lapangan ada permasalahan sesuai dengan topik penelitian.
1.              Sumber-sumber untuk Memperoleh masalah
Kendala yang dihadapi untuk mendapat masalah adalah kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasi masalah serta mengetahui sumber –sumber dari masalah tersebut. Moh. Nazir (dalam Toto Syatori Nasehudin, 2011:58) menyebutkan bahwa masalah penelitian dapat diperoleh antara lain dengan melakukan:
a.         Pengamatan terhadap kegiatan manusia
Mengobservasi berbagai fenomena sosial merupakan sumber penelitian yang amat berharga, karena jika dikaji secara kritis, peneliti dapat menemukan berbagai gejala sosial yang dapat dijadikan masalah penelitian.[8]
b.        Bacaan-bacaan
Membaca dan memanfaatkan buku referensi akan mempermudah peneliti untuk mendapat masalah. Karena, bahan referensi semacam itulah banyak mengandung informasi baik secara teoritis maupun hanya sekedar data dan fakta yang tersebar dilapangan.
c.         Analisis bidang pengetahuan
d.        Melakukan diskusi dengan ahli
Dengan berdialog bersama para ahli peneliti dapat meminta pendapat tentang sesuatu yang menjadi keahliannya dan informasi tersebut dapat diangkat menjadi masalah penelitian.[9]
e.         Ulangan dan perluasan penelitian
Masalah juga diperoleh dengan mengulang percobaan-percobaan yang pernah dilakukan, dimana percobaan yang telah dikerjakan tersebut memuaskan, peluasan analisa maupun metode dan teknik dengan eguiqment yang lebih modern akan membuat masalah dapat di pecahkan secara lebih memuaskan.
f.         Cabang studi yang sedang dikembangkan
Kadang kala ditemukan, bukan dari bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang yang timbul kemudian, yang mula-mula dipikirkan tidak penting sifatnya.
g.        Pengetahuan dan catatan pribadi praktek dan keinginan masyarakat.
h.        Bidang spesialisasi pelajaran yang sedang diikuti
Bidang spesialiasi seorang dapat merupakan sumber masalah. Dalam membuat masalah perlu dijaga supaya masalah dapat digali jangan menjurus kepada over spesialisasi, hal tersebut akan menghilangkan unitas yang fundamental.
i.          Pengamatan terhadap alam sekeliling
Peneliti-peneliti ilmu natura seringkali memperoleh masalah dari alam sekelilingnya.
j.          Kegiatan-kegiatan ilmiah
Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium diskusi panel, dan lain sebagainya dapat memberikan ide untuk menemukan masalah. Kegiatan ilmiah banyak diikuti olehorang yang sering dan ahli dalam menggali dan meneliti suatu masalah, sehingga dari pembicaraan mereka, peneliti dapat menggali masalah yang dapat dikaji secara ilmiah.[10]

2.             Masalah yang dipilih harus fisibel, yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya bahwa:
a.         Data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut harus tersedia
Penelitian adalah proses pemecahan masalah secara empiris, oleh karenanya kemungkinan terkumpulnya data merupakan kriteria yang tidak boleh dilupakan. Ketika sulit untuk memperoleh data penelitian akan dapat mengurangi makna hasil penelitian karena akurasi penelitian bergantung pada kelengkapan data yang dikumpulkan.
b.        Biaya dan waktu untuk memecahkan masalah, relatif harus dalam batas-batas kemampuan,
Ketersediaan waktu dan biaya akan mempengaruhi hasil penelitian, maka dari itu penelitian harus direncanakan sesuai dengan limit waktu dan biaya yang tersedia.
c.         Biaya dan hasil harus seimbang,
d.        Administrasi dan sponsor harus kuat,
Masalah yang dimiliki harus mempunyai sponsor serta administrasi yang kuat. Lebih-lebih peneliti mahasiswa. Masalah ini harus diperkuat dengan adviser, pembimbing, ataupun tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya.
e.         Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
Masalah yang dipilih harus tidak bertentangan dengan adat istiadat, hukum yang berlaku maupun kebiasaan. Pilihlah masalah yang tidak menimbulkan kebencian orang lain. Pertentangan fisik maupun itikad untuk menjaga kesinambungan profesionalisme dalam meneliti.

3.             Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang diteliti sekurang-kurangnya:
a.          Menarik bagi peneliti
Masalah yang diteliti harus menarik keingintahuan sipeneliti dan memberi harapan kepada peneliti untuk menemukan jawaban atau menemukan masalaha yang lebih penting dan lebih menarik.
b.        Cocok dengan kualifikasi ilmiah peneliti
Sukar mudahnya masalah yang ingin dipecahkan harus sesuai dengan derajat/kemampuan ilmiah peneliti itu sendiri.

C.      Pembatasan Masalah
Ketika peneliti telah mengidentifikasi dan memilih masalah yang akan diteliti, langkah berikutnya adalah membatasi permasalahan yang akan diteliti. Pembatasalan masalah dalam suatu penelitian sangat penting dilakukan, karena peneliti memiliki-memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dalam hal kemampuan secara akademik, dalam arti penguasaan terhadap teori-teori mengenai permasalahan yang akan diteliti atau keterbatasan dalam hal waktu, tenaga dan pembiayaan. Pembatasan masalah tersebut disusun dalam sebuah kalimat pernyataan.
Disamping itu, penelitian juga membutuhkan kedalaman dan ketajaman analisis (sempit/ fokus dan mendalam), sehingga penelitian harus dibatasi pada aspek-aspek pertanyaan penelitian yang memungkinkan. Misalnya identifikasi masalah mengandung 5 pertanyaan, peneliti dapat menentukantiga atau lebih pertanyaan yang dijadikan masalah penelitian.[11]
Kemudian, agar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti perlu membatasi masalah dengan memperhatikan hal yang paling bermanfaat  jika diteliti.Supaya pilihan masalah didasari dengan pertimbangan yang matang maka sebaiknya memilih topik yang sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan serta kompetensi yang dimiliki.
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak terlalu luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiri, tersedia sumber teori  atau peraturan yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah  hasil penelitian berpotensi untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas, penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.
D.      Perumusan Masalah
1.             Pentingnya merumuskan masalah
Moh. Nazir (dalam Toto Syatori Nasehudin, 2011:56) mengemukakan bahwa masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Sehingga dengan penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah atau sedikitnya dapat menutupi celah yang terjadi.
                                  Penelitian dapat memecahkan masalah karena penelitian akan mencari titik inti dari suatu masalah dan dari penelitian tersebut akan dihasilkan alternatif-alternatif jawaban atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Merumuskan masalah yang akan diteliti bukanlah hal yang mudah, karena untuk menentukkan masalah harus mengetahui apa masalah. Solusi atau pemecahan masalah akan bergantung pada pengetahuan peneliti mengenai masalah dan pengetahuan peneliti mengenai sifat-sifat dan hakikat masalah tersebut.
                                  Perumusan masalah adalah hal yang penting karena penelitian akan dapat dilakukan jika telah diketahui masalahnya, sehingga dengan kata lain masalah menuntun penelitian untuk melakukan penelitian. Tujuan dari pemilihan dan perumusan masalah menurut Moh. Nazir (dalam Toto Syatori Nasehudin, 2011:57) adalah:
a.         Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademik seseorang:
b.        Merumuskan perhatian dan keinginan seseorang akan hal-hal yang baru;
c.         Meletakan dasar utuk memecahkan penemuan-penemuan sebelumnya atau dasar untuk penelitian selanjutnya;
d.        Memenuhi keinginan sosial; dan
e.         Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.

2.             Kriteria atau Ciri dalam Memilih dan Merumuskan Masalah
Menurut Fred N. Kerlinger (dalam Toto Syatori Nasehudin, 2011:57) ada beberapa kriteria dalam memilih dan merumuskan masalah, diantaranya:
a.         Masalah yang dipilih harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan adanya kemungkinan pengujian empiris suatu masalah yang tidak memuat implikasi pengujuan hubungan atau hubungan-hubungan yang dinyatakan.
b.        Masalah yang dipilih harus memiliki nilai penelitian;
1)             Mempunyai keaslian, masalah penelitian harus benar-benar asli, hasil proses berfikir, bukan hasil mencontoh yang sudah ada. Keaslian masalah ditunjukkan salah satunya ditampilkannya hasil kajian masalah yang terdahulu yang relevan. Maksudnya, peneliti harus menunjukkan bahwa masalah yang hampir sama pernah diteliti oleh orang lain dan dalam rangka apa masalah itu diteliti dan untuk menunjukkan bahwa masalah yang dirumuskan itu berbeda maka perlu dicantumkan hasil dan simpulan penelitian yang dilakukan oleh orang lain. Jika peneliti ingin meneliti hal yang sama atau masalah yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya namun peneliti ingin membuktikan kebenaran simpulan dari hasil penelitian tersebut tidak termasuk dalam plagiat, asalkan dicantumkan sumbernya dengan jelas serta prosedur penelitian yang dilakukan dan ini hakikat penelitian verifikatif.
2)             Merupakan hal yang penting,
Masalah yang penting akan memiliki suatu nilai guna agar penelitiannya memiliki nilai. Dengan masalah yang penting dan memiliki nilai guna akan mendorong motivasi peneliti untuk melakukan penelitian.
3)             Dapat diuji,
4)             Sesuai dengan minat dan Latar Belakang Akademik Peneliti. Minat peneliti terhadap masalah yang dikaji dapat mempengaruhi keseriusan penelitian yang dilakukannya. Latar belakang akademik peneliti akan mempengaruhi pemahaman peneliti terhadap variabel-variabel penelitian dan pemahaman mengenai pengkajian masalah.
5)             Mengungkapkan suatu hubungan antara dua atau lebih variabel,
Masalah penelitian dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang menggambarkan variabel yang akan diuji serta keterkaitannya.
6)             Jelas dan tidak ambigu dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk lebih memberikan kejelasan dalam proses penelitian yang harus dikerjakan oleh peneliti.
c.         Masalah yang dipilih harus fisibel, yakni masalah tersebut dapat dipecahkan. Artinya bahwa:
1)             Data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut harus tersedia
Penelitian adalah proses pemecahan masalah secara empiris, oleh karenanya kemungkinan terkumpulnya data merupakan kriteria yang tidak boleh dilupakan. Ketika sulit untuk memperoleh data penelitian akan dapat mengurangi makna hasil penelitian karena akurasi penelitian bergantung pada kelengkapan data yang dikumpulkan.
2)             Biaya dan waktu untuk memecahkan masalah, relatif harus dalam batas-batas kemampuan, Ketersediaan waktu dan biaya akan mempengaruhi hasil penelitian, maka dari itu penelitian harus direncanakan sesuai dengan limit waktu dan biaya yang tersedia.
3)             Biaya dan hasil harus seimbang,
4)             Administrasi dan sponsor harus kuat, dan
5)             Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
d.        Masalah yang dipilih harus sesuai dengan klasifikasi peneliti, paling tidak masalah yang diteliti sekurang-kurangnya:
1.             Menarik bagi peneliti
Masalah yang diteliti harus menarik keingintahuan sipeneliti dan memberi harapan kepada peneliti untuk menemukan jawaban atau menemukan masalaha yang lebih penting dan lebih menarik.
2.             Cocok dengan kualifikasi ilmiah peneliti
Sukar mudahnya masalah yang ingin dipecahkan harus sesuai dengan derajat/kemampuan ilmiah peneliti itu sendiri.[12]

3.             Teknik merumuskan masalah
                                  Merumuskan masalah merupakan langkah penting dalam suatu kerja penelitian, sebab dengan masalah yang jelas, akan mengarahkan dan menuntun peneliti untuk bekerja. Oleh sebab itu, baik tidaknya karya penelitian, dapat ditentukan oleh jelas dan tidaknya masalah yang diteliti. Selanjutnya, bagaimana cara merumuskan masalah penelitian? Berikut ini dijelaskan secara singkat teknik merumuskan masalah.
a.         Rumuskan masalah penelitian dalam kalimat pertanyaan
       Merumuskan masalah biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kejelasan dalam proses penelitian yang harus dikerjakan oleh peneliti. Kesalahan yang sering terjadi dalam merumuskan masalah adalah ketidakjelasan apa yang akan diteliti. Hal ini disebabkan peneliti terlalu banyak menyatakan dan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian, sehingga masalah tidak menjadi fokus.
b.        Rumuskan masalah penelitian dalam kalimat yang sederhana
       Masalah penelitian hendaknya dirumuskan dalam kalimat tunggal yang sederhana, sehingga musah ditangkap dan dipahami maksudnya. Kalau ada istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa indonesia, lebih baik ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali istilah asing yang sudah menjadi kata serapan dalam bahasa indonesia.
c.         Munculkan variabel-variabel penelitian serta keterkaitannya
       Masalah penelitian yang harus dirumuskan dalam kalimat pertanyaan harus menggambarkan variabel-variabel yang akan diuji serta keterkaitan antarvariabel tersebut. Misalnya, apakah ingin menguji hubungan, perbedaan, atau pengaruh dari variabel yang satu terhadap variabel yang lain.
d.        Batasi masalah yang dirumuskan
       Kesalahan yang sering terjadi dalam merumuskan masalah adalah terlalu luas atau terlalu sempitnya permasalahan yang diteliti. Persoalan ini harus benar-benar diperhatikan, sebab dapat mempengaruhi hasil penelitian. Ada dua hal yang berkaitan dengan analis dan pembatasan masalah. Pertama, pembatasan masalah yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian atau variabel yang hendak diteliti. Kedua, pembatasan masalah yang berkaitan dengan lokasi penelitian atau sasaran penelitian yang erat kaitannya dengan penentuan populasi penelitian. Contohnya:
Bagaimana pengaruh penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 SMP Negeri Cijenge?
Dari rumusan masalah diatas, kitadapat menangkap, bahwa lokasi penelitian yang dirumuskan begitu jelas, yakni SMP Negeri Cijenge, akan tetapi persoalan mengenai ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian masih belum tergambar dengan jelas.[13]

4.             Prinsip-prinsip perumusan masalah
a.         Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar
       Peneliti hendaknya senantiasa bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Jadi, perumusan masalah disini adalah sekedar arahan, pembimbing, atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya.
b.        Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
c.         Prinsip hubungan faktor
       Fokus sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau lebih faktor yang menghasilkan tanda tanya atau kebingungan seperti yang telah didefinisikan dimuka. Faktor-faktor itu dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Jadi, walaupun ada faktor-faktor, jika tidak dikaitkan satu dengan yang lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum memenuhi persyaratan. Hubungan harus memenuhi keadaan berupa tanda tanya dan jika tidak demikian, berarti juga belum memenuhi salah satu syarat sebagai yang dikemukakan.
d.        Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
e.         Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi-eksklusi
       Perumusan fokus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevan dan mana pula yang tidak. Data yang relevan dimasukan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah dikeluarkan.
f.         Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
g.        Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
       Yang dimaksud dengan posisi disini tidak lain adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara unsur-unsur penelitiannya. Unsur-unsur penelitian lainnya yang erat kaitannya dengan perumusan masalah ialah latar belakang, tujuan, acuan teori, dan metode penelitian.
h.        Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
       Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan. Hal tersebut diperlukan untuk lebih mempertajam rumusan masalah itu sendiri walaupun masalah yang sesungguhnya bersumber dari data itu sendiri.
i.          Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa.[14]

5.             Langkah-langkah perumusan masalah
                                  Berikut ini dikemukakan tentang langkah-langkah perumusan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah perumusan masalah adalah seperti berikut ini.
a.         Tentukan fokus penelitian
b.        Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan fokus tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus
c.         Dari antara faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
d.        Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.[15]





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Latar belakang masalah adalah hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dilakukan, latar belakang ini muncul ketika seorang peneliti menemukan masalah yang menurutnya perlu untuk ditindaklanjuti, penelitian itu tidak hanya dalam hal pengetahuan saja, tetapi masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah peneliti menemukan masalahnya kemudian Dalam penelitian kita perlu mengidentifikasi masalah sesuai dengan topik penelitian untuk meyakinkan bahwa memang di lapangan ada permasalahan sesuai dengan topik penelitian. Setelah melakukan identifikasi suatu masalah, kemudian langkah selanjutnya yaitu memberi batasan-batasan masalah, agar permasalahan itu tidak meluas. Dan karena peneliti memiliki keterbatasan dari segi waktu, tenaga, biaya, maupun pengetahuan. Kemudian langkah selanjutnya yaitu perumusan masalah, dalam perumusan masalah, peneliti akan lebih mudah untuk memulai dalam penelitiannya, karena perumusan masalah membutuhkan solusi dan jawaban, yang berupa pertanyaan. Maka dari itu dalam menyelesaikan suatu masalah harus sesuai dengan langkah-langkah tersebut, yaitu; latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah.

B.     Saran
Dalam melakukan penelitian maka dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah dalam pembuatan proposal yang benar, berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah. Maka setelah langkah tersebut telah di kerjakan, langkah selanjutnya akan mudah untuk dilaksanakan. Jadi harus terstruktur dalam menyelesaikan suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang. 2000. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
J. Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukhtar Maksum. Dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cirebon: STAIN Cirebon.
Sanjaya, Wina.  2013.Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Prenada Media Group.
Syatori Nasehuddin, Toto. 2011. Metodologi Penelitian : Sebuah Pengantar. Cirebon: IAIN SNJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar